Monday, May 20, 2013

Bapak S.Sujojono

Hey there, I'm going to use bahasa for this post.
there are some personal reasons why, but please do enjoy this post.



Bapak S.Sjojono, siapa kah beliau ini?

saya yakin hanya segelintir orang yang mengenal beliau, atau anda sedang membuka google sekarang bertanya-tanya siapakah sosok beliau ini. Saya tidak heran dengan itu, jangankan anda. Saya saja awalnya tidak tahu siapa beliau ini. Sudah tidak lazim lagi untuk bangsa ini melupakan sosok penting dalam sejarah Indonesia. Apalagi dengan remaja muda sekarang lebih fanatik akan negara besar dibanding mengagungkan negaranya sendiri. Iya bukan?

Sebelum kita bahas tentang personal beliau, saya ingin bertanya kepada kalian. Saya yakin ada beberapa dari kalian yang cinta akan seni, namun apakah cinta kalian itu hanya sekedar mencintai alat-alat yang digunakan untuk berkarya? Apakah anda peka akan hilangnya sosok-sosok yang menghidupkan kesenian Indonesia? Siapa peseni yang anda tahu? tahu Erica? Affendi? Jangan google dulu, tapi jawab pertanyaan tersebut tanpa si mbah google itu.

Bapak S.Sujojono

Kembali ke Bapak S.Sudjojono, apa maksud dari post saya ini? Ya, saya hanya ingin memperkenalkan beliau dengan kalian semua. Beliau ini penting dalam sejarah seni Indonesia. Seni Indonesia pernah mengalami yang namanya Mooi Indie, atau lukisan-lukisan yang mengambarkan suatu keindahan pemandangan. Seperti; pantai, sawah, dll. Namun pastinya pada masa itu pada realitanya kita sedang mengalami hal tidak seindah lukisan tersebut. Namun bapak S.Sudjojono ini tidak ingin mengikuti trend tersebut, beliau lebih memilih melukis realita. Kehidupan sehari-hari ataupun issue yang sedang dialami Indonesia.

Namun, sekarang ini karya-karya beliau sudah tidak begitu lagi dikenang oleh masyarakat Indonesia, bahkan lukisan agung beliau saja sudah tidak terawat dengan baik. Tau kan lukisan besar yang berada dekat pintu masuk Museum Fatalilah itu? iya itu karya beliau.

Pertempuran Sultan Agung
pada hari Selasa tanggal 6 April kemarin, sekolah saya mengundang kami pergi ke diskusi seni yang sedang berlangsung di Museum Fatahilah. Yang kebetulan sekali teman saya adalah cucu dari beliau, jadi kami diundang langsung dari S.Sudjojono Center. Acara tersebut dihadiri orang-orang penting, seperti media parner dari Jakarta Post, mahasiswa dari IKJ, bahkan ada yang dari Nanyang University Singapore. Saya pun sempat takut. Jelas takut, saya sendiri tidak tahu siapa beliau ini. Apakah akan ada pesan yang nyangkut, apakah saya akan membawa pulang sebuah informasi, apakah saya pantas disini, apakah saya akan mengikuti baik acara ini.

Begitu banyak pertanyaan di otak saya ini, namun saya mengikuti acara itu dengan baik. Sayapun sempat melontarkan pertanyaan yang sempat membawa feedback balik dari beberapa pihak.

Kami dijelaskan bagaimana karya agung beliau itu yang sudah sangat menyedihkan, dengan menunjukan beberapa sudut yang sudah keropos dimakan rayap. warna yang sudah pudar. Padahal benda tersebut sudah menjadi saksi sebuah sejarah. Namun di pajang seakan-akan setara dengan sebuah tembok. Yang tidak terurus, sehingga harus memanggil orang dari Singapore untuk membetulkannya kembali. Ya sangat memakan dana tidak sedikit untuk itu. Dan lagi, lukisan itu sudah dicemarin hasil tangan orang lagi, tidak seutuhnya hasil beliau.

Sangat disayangkan hal ini tidak hanya terjadi pada karya beliau namun benda-benda museum lainnya. Apakah kita akan terus-terusan seperti ini? Apakah kita akan terus membiarkan sebuah benda hancur lebur untuk menyadari bertapa pentingnya sebuah sejarah tersebut?

Disini saya sebagai Duta dari acara tersebut, ingin mengajak kalian dan menyadarkan akan pentingnya hal-hal kecil yang terkadang di sepelekan atau dilewatkan oleh segenap masyarakat karna menurut mereka hal ini membosankan atau hanya untuk materi pembelajaran saja. Sangat disayangkan remaja Indonesia yang begitu gencar akan hal-hal berbau Korea, Western atau gosip yang kadang tidak beredukasi namun tidak peduli akan negaranya sendiri :)

Sekarang tinggal anda ambil sikap, apakah anda akan lebih sayang dengan negara sendiri atau negara tetangga lain? Saya tahu, beberapa dari kalian sehabis membaca ini, hanya berkaya "oooh" lalu membuangnya saja dari otak kalian. Atau baru baca saja sudah bosan. Tak apa memang begitulah bangsa ini, membuang hal yang penting untuk bangsanya namun menyimpan yang membodohkan diri.

sekian dari saya, saya tutup post ini dengan beberapa karya beliau yang lainnya. kalau ingin bertanya silahkan :D




cheers,
Dosky

No comments:

Post a Comment